Setelah menginap di Bandung, rombongan Charlie Chaplin melanjutkan perjalanan menuju Garut, 25 Maret 1936. Charlie dalam kunjungannya ke Pulau Jawa yang kedua kali tersebut ditemani oleh Paulette dan ibunya, Alta Mae Goddard. Sejak mendarat di Cililitan Batavia, mereka melakukan perjalanan menggunakan mobil melewati Puncak[1].
Lagi-lagi, Hotel Preanger menjadi tempat singgah Chaplin sekaligus menginap. Dalam kunjungan pertamanya ke Bandung tahun 1932, Chaplin ditemani oleh saudaranya, Sydney. Saat singgah di Bandung, keduanya membersihkan diri dan makan malam di hotel yang dibangun melalui sentuhan arsitek terkenal, Wolff Schoemaker. Keindahan hotel saat itu membuat Chaplin terpesona[2]. Hal ini sepertinya yang membuatnya kembali memilih Hotel Preanger saat mengunjungi Bandung untuk kedua kali di tahun 1936.
Baca Juga: Hotel Preanger yang Memukau Chaplin

Dalam kunjungan yang kedua kali tersebut, rombongan sempat berkeliling Kota Bandung dan mengunjungi Kawah Tangkuban Perahu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Garut. Di Kabupaten sebelah timur Bandung ini, Chaplin terpesona oleh keindahan Kawah Kamojang. Keindahan Kamojang membuat aktor kelahiran 1889 itu berniat untuk kembali ke Hindia Belanda[3]. Niat ini akhirnya tidak pernah terlaksana.
Baca juga: Charlie Chaplin, dan Janji yang Tidak Pernah Ditepati
Pengalaman buruk saat menggunakan kereta api antara Cibatu-Yogyakarta di kunjungan pertama benar-benar membuat Chaplin kapok untuk menggunakan kereta api. Di tahun 1936, rombongan menggunakan mobil melewati daerah-daerah di Pulau Jawa.
Baca Juga: Charlie Chaplin, Kapok Naik Kereta Api
Perjalanan menggunakan mobil ternyata sangat mereka sukai. Dalam wawancara di Hotel Dieng di Wonosobo, Chaplin mengungkapkan bahwa Paulette dan Alta Mae sangat menyukai perjalanan yang mereka lakukan. Mereka bisa menikmati pemandang indah Pulau Jawa yang tenang dan damai, dengan tanaman dan pepohonan yang beraneka ragam.
“Saya dapat meyakinkan Anda, bahwa kami menikmati setiap menit sepanjang hari dalam perjalanan kami,” ujar aktor yang baru saja merilis film berjudul Modern Times kepada wartawan De locomotief[4].
Paulette yang saat itu berusia 26 tahun sangat menikmati perjalanan, sekaligus memperhatikan kehidupan masyarakat yang dilihatnya. Dalam wawancaranya, Chaplin menjelaskan, dia dan Paulette juga sangat tertarik dengan kondisi kehidupan sosial dan ekonomi di Hindia Belanda saat itu. Bintang film terkenal ini bercerita, bagaimana mobil yang mereka tumpangi sempat berhenti dalam perjalanan antara Garut dan Wonosobo. Mobil tersebut berhenti setelah berpapasan dengan pribumi yang sedang memikul sesuatu. Dengan penasaran, Paulette turun dari mobil dan sempat mencoba untuk merasakan apa yang dilakukan oleh pribumi tersebut. Paulette kagum dengan perjuangan pribumi tersebut setelah mencoba untuk mengangkat sendiri pikulan dan gagal karena terlalu berat[5].
Sebelum meninggalkan Garut menuju Wonosobo, Paulette sempat membeli sepasang sandal di Garut. Sandal tersebut merupakan sandal kulit biasa tanpa penutup tumit. Sandal seharga 1 gulden tersebut dipakai selama rombongan menginap di Hotel Dieng. Kepada wartawan, Paulette memuji sandal buatan Garut itu karena nyaman dipakai, bersih, dan menyehatkan.
“Sandal ini sangat bersih dan menyehatkan,” ungkap Paulette[6].
Referensi:
[1] Charley en Paulette op Tjililitan: Gezelschap doorgereisd naar Bandoeng. Bataviaasch Nieuwsblad. Edisi 23 Maret 1936.
[2] Lisa Stein Haven. 2014. Charlie Chaplin: A Comedian Sees The World. Columbia: University of Missouri Press. Halaman 184.
[3] Bewonderaar van Kamodjan, De Indische Courant. Edisi 30 Maret 1936.
[4] Chariie Verrukt van Indie Vooral van Mangistans: Een Gemoedelijk Interview met den Filmheld in de Koelte en het Comfort van Diëng-Hôtel. De locomotief. Edisi 28 Maret 1936.
[5] Chariie Verrukt van Indie Vooral van Mangistans: Een Gemoedelijk Interview met den Filmheld in de Koelte en het Comfort van Diëng-Hôtel. De locomotief. Edisi 28 Maret 1936.
[6] Chariie Verrukt van Indie Vooral van Mangistans: Een Gemoedelijk Interview met den Filmheld in de Koelte en het Comfort van Diëng-Hôtel. De locomotief. Edisi 28 Maret 1936.
Leave a Reply