Charlie Chaplin, dan Janji yang Tidak Pernah Ditepati

Charlie Chaplin, dan Janji yang Tidak Pernah Ditepati (Kereta Garut Bag. 7)

Charlie Chaplin, dan Janji yang Tidak Pernah Ditepati (Kereta Garut Bag. 7)

“Jika saya kembali ke Hindia lagi tahun depan atau dua tahun lagi, mari kita menginap di Kamojang, selama 14 hari” – Charlie Chaplin (1936)

Keindahan alam Garut diakui sangat menarik oleh siapapun, termasuk orang-orang luar negeri. Mereka berbondong-bondong datang untuk tinggal, mendirikan usaha, atau hanya untuk sekedar bertamasya. Salah satu wisatawan terkenal ke Garut adalah bintang film Charlie Chaplin. Dia adalah seorang aktor yang terkenal dengan tampilan khas kumis kotak di bawah hidungnya. Aktor kelahiran Walworth, London, Britania Raya ini, merupakan selebritis papan atas di masa itu dengan membintangi banyak film. Film-film bisu Chaplin diputar di bioskop-bioskop seluruh dunia, termasuk di Hindia Belanda.

Garut adalah salah satu daerah di Hindia Belanda yang dikunjungi oleh Charlie Chaplin dalam kunjungannya di Hindia Belanda. Tempat ini dikunjungi sebanyak dua kali, yaitu di tahun 1932 dan 1936. Saking terkesannya dengan Garut, Chaplin berjanji untuk kembali ke Garut jika dia mempunyai kesempatan untuk kembali di Hindia Belanda.

Kunjungan pertama Chaplin ke Hindia Belanda terjadi di tahun 1932. Kunjungan ini berlangsung selama setengah bulan, dari 30 Maret sampai 17 April. Selain mengunjungi Batavia dan Garut, Chaplin bersama saudaranya, Syd, mengunjungi Yogyakarta, Candi Borobudur, dan Pulau Bali [1].

Sebelum berlabuh di Batavia, bintang film komedi ini menggunakan kapal “Sawa Maru” dan merapat di Singapura pada 27 Maret 1932. Perjalanan yang diorganisir oleh agen perjalanan bernama Thomas Cook and Son Ltd. tersebut dilanjutkan sehari setelahnya menggunakan kapal “Van Lansberge” yang berlabuh di Batavia pada tanggal 30 Maret 1932[2].

Saat kapal yang ditumpangi Chaplin akan berlabuh di Batavia, orang-orang telah memenuhi Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka datang untuk menyambut kedatangan kapal laut yang membawa idola mereka. Dengan ramah, Chaplin membalas sambutan mereka dengan lambaian dan penuh keramahan. Di Tanjung Priok, seorang anak kecil memberikan Chaplin sebuah karangan bunga sebagai tanda ucapan selamat datang. Chaplin bersama saudaranya beristirahat sejenak di Batavia dan melakukan sejumlah wawancara di Java Hotel, sebelum berjalan-jalan menuju Pasar Senen[3].

Charlie Chaplin dan saudaranya, Syd memang hanya singgah sebentar saja. Mereka berkendara dari Tanjung Priok menuju Java Hotel di Rijswijk, di bawah guyuran hujan tropis. Setelah beristirahat di hotel, mereka melanjutkan perjalanan menuju Garut melewati Pasar Weltevreden dan menyempatkan diri untuk singgah di Pasar Senen. Karena identitas mereka gampang dikenali, kunjungan di Pasar Senen hanya berlangsung singkat. Mereka bergegas ke selatan melewati Master Cornelis (Jatinegara sekarang), menuju Bogor[4].

Semuanya tampak terburu-buru. Chaplin bersaudara segera meninggalkan Batavia sesaat setelah kapal yang mereka tumpangi berlabuh di Tanjung Priok. Hal ini dikarenakan kapal Van Lansberge yang mereka tumpangi mengalami keterlambatan dari jadwal semula. Mereka sudah harus mencapai Bali pada waktunya[5].

Menurut website discoveringchaplin.com, mereka bergegas untuk mengejar jadwal kapal laut Surabaya Bali yang dimiliki oleh maskapai perkapalan Belanda atau Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM)[6]. Oleh sebab itu, mereka tidak berlama-lama tinggal di Batavia dan menuju Bandung dengan menggunakan mobil.

Setelah bermobil selama 6 jam, akhirnya mereka tiba d Bandung dan singgah di Hotel Preanger untuk membersihkan diri. Charlie menggambarkan, Hotel Preanger sebagai hotel modern satu-satunya di Jawa yang bergaya Eropa dengan fasilitas bak air panas dan tanpa gayung[7].

Baca Juga: Hotel Preanger yang Memukau Chaplin

Di Hotel Preanger, mereka pun hanya singgah sebentar untuk membersihkan diri dan menikmati makan malam. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Garut dan bermalam di sana. Mereka bermalam di sebuah hotel yang menurut Syd mempunyai pemandangan pegunungan dan lembah yang sangat indah. Di Garut, mereka mengunjungi kolam air panas di Cipanas, Situ Leles, dan Situ Bagendit .

Setelah berjalan-jalan di Garut, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Karena kereta api dalam keadaan penuh, mereka memakai gerbong restorasi. Sebelum sampai di Yogyakarta, baju mereka kotor karena asap dari lokomotif uap. Ini membuat mereka kapok menggunakan kereta api lagi[8].

Kunjungan pertama ke Jawa dan Bali pada tahun 1932 rupanya berbekas di hati Charlie Chaplin. Alam yang indah, iklim dan orang-orang Hindia yang ramah membuat pelawak yang akrab dipanggil Charley ini memutuskan untuk kembali berkunjung di tahun 1936. Jika di kunjungan pertamanya, Charley ditemani Syd, kunjungan kedua kali ini ditemani artis cantik Paulette Goddard dan ibunya, Alta Mae Goddard.

Setelah berkunjung ke Singapura, rombongan menggunakan pesawat Qantas Air menuju Batavia dan mendarat di Bandar Udara Cililitan pada tanggal 23 Maret 1936. Lapangan terbang Cililitan merupakan lapangan terbang pertama di Batavia. Lapangan terbang yang dibangun pada tahun 1924 ini pada awalnya ini disediakan untuk penerbangan-penerbangan militer[9].

Seperti perjalanan Chaplin pertama, rombongan akan mengunjungi Bandung, Garut, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sebelum meninggalkan Bali di bulan April[10].

Baca juga: Saat Chaplin Berkeliling di Kota Bandung

Hotel Ngamplang kembali menjadi pilihan Charlie Chaplin saat harus menginap di Garut. Mereka tiba di hotel ini pada Selasa sore. Chaplin begitu menikmati Garut karena sangat kontras keadaannya dengan kawasan lain di dunia. Di Garut, Chaplin bisa menikmati alam dengan tenang tanpa harus diikuti oleh orang lain yang kerap bergerombol depan hotel atau melakukan wawancara. Selain Situ Leles dan Situ Bagendit, Kawah Kamojang menjadi tujuan Chaplin setelah mendengar adanya kawah tersebut dari orang-orang di hotel. Chaplin berangkat didampingi pemandu menuju Kamojang pada Rabu pagi[11].

Kawah Kamojang secara administratif terletak di Kabupaten Bandung sekarang. Tempat ini bisa dicapai dari Kota Majalaya ke arah selatan atau dari Samarang, Garut ke sebelah barat. Sejak dulu, tempat ini merupakan salah satu tujuan wisata orang-orang Belanda sebelum akhirnya juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga uap.

Sepertinya, Kawah Kamojang sangat menarik perhatian Chaplin. Setelah seharian berkeliling di sana, Chaplin bertekad untuk kembali ke Kamojang. Bintang film terkenal ini bertekad untuk menginap di Kamojang, jika dia kembali ke Garut setahun atau dua tahun lagi[12].

Perjalanan Chaplin di Garut akhirnya berakhir ketika rombongan meninggalkan Garut menuju Dieng Hotel di Wonosobo. Sebelum meninggalkan Garut, istri Chaplin sempat membeli sepasang sendal yang terbuat dari kulit di sana. Paulette Goddard sangat menyukai sandalnya karena dengan antusias menyebut sandalnya cukup bersih dan menyehatkan[13].

Setelah tinggal 2 hari, rombongan meninggalkan Yogyakarta memakai mobil menuju Surabaya untuk menyeberang ke Bali. Mereka kemudian kembali pada tanggal 6 April dan menginap sehari di Hotel Des Indes, Batavia, sebelum akhirnya kembali ke Singapura[14].

Perjalanan ini merupakan yang terakhir buat Chaplin di Garut. Walaupun sempat kembali setelah Indonesia menjadi negara merdeka di tahun 1961, Chaplin hanya mengunjungi Yogyakarta untuk menghadiri pementasan pertama Sendratari Ramayana di Candi Prambanan[15].

Sepertinya dia lupa, dia pernah berjanji untuk kembali ke tempat yang dulu dia kagumi, Garut.

Gambar: Wikipedia, Screenshot of Charlie Chaplin in Kid Auto Races at Venice (1914)

Oleh Hevi Abu Fauzan, pecinta kereta api, penyuka Sejarah Kota Bandung, co-founder simamaung.com, aktif di media sosial Twitter dan Instagram dengan akun @pahepipa.

Baca Juga:
Kereta Api Cibatu-Garut, Reaktivasi yang Layak Dirayakan (Kereta Garut Bag. 1)

Transportasi Garut dan Priangan Tempo Dulu (Kereta Garut Bag. 2)

Dari Cicalengka, Perjuangan Melawan Ilusi (Kereta Garut Bag. 3)

Kemeriahan Pembukaan Jalur KA Cicalengka Garut (Kereta Garut Bag. 4)

Bintang Penghargaan Buat Pembuat Jalur Cicalengka-Garut (Kereta Garut Bag. 5)

Berziarah ke Mecca of Mallet (Kereta Garut Bag. 6)

Cisurupan, Saat Balai Besar Kereta Api Mengungsi di Masa Revolusi (Kereta Garut Bag. 8)

Cikajang, Nasib Stasiun Tertinggi di Indonesia (Kereta Garut Bag. 9)

Referensi:
[1]     Charlie Chaplin te Batavia, Algemeen Handelsblad (Amsterdam, 11 April 1932), 17.

[2]     Charlie Chaplin op Java, Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch Indie (Batavia, Selasa, 29 Maret 1932), 6.

[3]     Charlie Chaplin te Batavia, Algemeen Handelsblad (Amsterdam, 11 April 1932), 17.

[4]     Charlie Chaplin, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia, 31 Maret 1932), 5.

[5]     Charlie Chaplin, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia, 31 Maret 1932), 5.

[6]     World Tour Revisited: From Bandoeng to Soerabaja, March 30 – April 1, 1932, discoveringchaplin.com. http://discoveringchaplin.com/2014/04/world-tour-revisited-from-bandoeng-to.html (diakses 19 September 2019).

[7]     World Tour Revisited: From Bandoeng to Soerabaja, March 30 – April 1, 1932, discoveringchaplin.com. http://discoveringchaplin.com/2014/04/world-tour-revisited-from-bandoeng-to.html (diakses 19 September 2019).

[8]     World Tour Revisited: From Bandoeng to Soerabaja, March 30 – April 1, 1932, discoveringchaplin.com. http://discoveringchaplin.com/2014/04/world-tour-revisited-from-bandoeng-to.html (diakses 19 September 2019).

[9]     E.T.Kengen, “Penerbangan Militer Sebagai Pendobrak Jalan Untuk Penerbangan Sipil,” Jejak Langkah Penerbangan di Nusantara, diedit oleh Koesnadi Kardi (Jakarta: Aerospace Centre of Indonesia, 2005), 76.

[10]   Charlie Chaplin te Batavia, De Gooi en Eemlander (Amsterdam, 31 Maret 1936), 6.

[11]   Bewonderaar van Kamodjan, De Indische Courant (Surabaya, 30 Maart 1936), 5.

[12]   Bewonderaar van Kamodjan, De Indische Courant (Surabaya, 30 Maart 1936), 5.

[13]   Charlie en Paulette, Haagsche Courant, Tweede Blad (Den Haag, 7 April 1936), 3.

[14]   Charlie Chaplin Op Java Per vliegtuig terug naar Singapore, Algeemen Handelsblad (Amsterdam, 31 Maret 1936), 9.

[15]   Pementasan Sendratari Ramayana untuk pertama kali digelar di Candi Prambanan, 26 Juli 1961. Pementasan penting digelar pada tanggal 25 Agustus 1961. Saat itu, pertunjukan ini dihadiri oleh beberapa tokoh, termasuk Sukarno dan Charlie Chaplin. Lihat di http://www.bumn.go.id/borobudur/berita/1-Hari-Ini-Ramayana-Ballet-Prambanan-Tepat-Berusia-57-Tahun (diakses 16 Oktober 2019) .

Leave a Reply

Your email address will not be published.