Charlie Chaplin, Kapok Naik Kereta Api - Sejarah Bandung

Charlie Chaplin, Kapok Naik Kereta Api

Charlie Chaplin, Kapok Naik Kereta Api

There is no room in the carriages, so we sat in dining room all the way. We are smothered with smoke and dirt from the engine. You decide not to travel again by train,” – Sydney John Chaplin.

Charlie Chaplin merupakan seorang aktor dan pembuat film yang dikenal lewat peran perannya di film City Lights (1931),  Modern Times (1936), dan The Great Dictator (1940). Selebritis kelas dunia itu dua kali mengunjungi Pulau Jawa dan Bali, yakni pada tahun 1932 dan 1936.

Dalam perjalanan pertamanya tahun 1932, Charlie ditemani oleh saudaranya Sydney John Chaplin, yang akrab dipanggil Syd. Sebelum bertolak ke Pulau Bali, Rombongan Chaplin mengunjungi kota-kota di Pulau Jawa. Kota-kota yang dikunjungi Chaplin antara lain Bandung, Garut, Yogyakarta, dan Surabaya. Perjalanan Chaplin saat itu diatur oleh agen perjalanan Cook[1].

Sydney & Charlie Chaplin selama pembangunan Studi Chaplin di Los Angeles (Sumber gambar: www.charliechaplin.com)

Selain menjalani perjalanan yang menyenangkan, Charlie Chaplin juga mengalami pengalaman yang kurang mengenakkan. Ini terjadi ketika rombongan menggunakan kereta api antara Cibatu dan Yogyakarta, 31 Maret 1932.

Sebelumnya, kapal “Van Lansberge” yang ditumpangi Charlie dan Syd Chaplin tiba di pelabuhan Tanjung Priok, 30 Maret 1932 menjelang sore. Mereka lalu bergegas menuju Bandung dan singgah di Hotel Preanger untuk sekadar mandi dan menikmati makan malam. Di malam itu juga, mereka melanjutkan perjalanan menuju Garut.

Baca Juga: Hotel Preanger yang Memukau Chaplin

Di Garut, kedua bersaudara beristirahat di Grand Hotel Ngamplang yang mempunyai pemandangan pagi yang indah. Di kota yang berjuluk Switzerland van Java itu, Chaplin sempat menikmati kolam air panas di Cipanas[2], Situ Bagendit, dan Situ Leles. Hanya sehari di Garut, Chaplin dan Syd bertolak ke Yogyakarta.

Setelah Menikmati Garut, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Di sinilah ketidakberuntungan terjadi. Karena kereta api dalam keadaan penuh, Chaplin dan Syd memutuskan untuk duduk di gerbong makan. Di gerbong ini, asap lokomotif masuk ke dalam gerbong dan sangat mengganggu. Sebelum sampai di Yogyakarta, baju mereka kotor karena asap dari lokomotif uap. Pengalaman kurang baik ini membuat mereka kapok untuk melakukan perjalanan menggunakan kereta api[3] [4].

Rombongan tiba di “Bumi Mataram”, 31 Maret 1932 malam. Berita tibanya Chaplin di Yogyakarta dimuat oleh media di Hindia Belanda. Koran Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch Indie edisi 1 April 1932 yang menuliskan keadaan saat Chaplin tiba di stasiun. Kejadian yang dialaminya di dalam kereta buru-buru dia lupakan sebelum menghadapi orang-orang yang sudah siap menyambutnya di stasiun. Koresponden koran menuliskan, Chaplin keluar gerbong dan menyambut pertanyaan-pertanyaan dari wartawan dengan santai[5].

Perjalanan menggunakan gerbong “biasa” tentu merupakan hal yang janggal buat Chaplin. Keadaan ini sempat menipu orang-orang yang sudah lama menunggu di stasiun. Mereka yang menyangka, pria terkenal itu akan turun dari gerbong kelas satu. Saat Chaplin tidak juga menampakkan batang hidungnya, mereka mulai tidak sabar dan menganggap rencana kedatangan Chaplin di Yogyakarta merupakan lelucon April Mop. Kegelisahan mereka berakhir setelah petugas stasiun berseru bahwa bintang film asal Amerika itu ada di gerbong kelas dua[6].

Baca Juga: Charlie Chaplin, dan Janji yang Tidak Pernah Ditepati (Kereta Garut Bag. 7)

Perjalanan menggunakan kereta api antara Cibatu-Yogyakarta menjadi perjalanan kereta api pertama dan terakhir buat Chaplin di Pulau Jawa. Setelah mengunjungi Yogyakarta, Chaplin memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju Surabaya menggunakan mobil. Perjalanan ini menurut koran Het Nieuws van den Dag, lagi-lagi mengecoh orang-orang yang sudah siap menyambutnya di stasiun kereta api Gubeng. Saat orang-orang menunggu di stasiun, Chaplin dan Syd dengan mulus memasuki Hotel Oranje, tempat mereka menginap di Surabaya[7].

Perjalan pertama Charlie Chaplin di Pulau Jawa tahun 1932 berakhir setelah rombongan melanjutkan perjalanan menggunakan kapal laut menuju Pulau Bali.

Kunjungan kedua Charlie Chaplin ke Hindia Belanda dilakukan tahun 1936. Dalam perjalanan tersebut, Chaplin ditemani Paulette dan Alta Mae Godard. Berbeda dengan kunjungannya yang pertama, di kunjungan kedua di Pulau Jawa, rombongan Chaplin menggunakan mobil di seluruh perjalanan. Pengalaman kurang baik di kunjungan pertama nampaknya begitu berbekas buat Charlie Chaplin.

Referensi:

[1] Charlie Chaplin bezoekt Java. Soerabaijasch.handelsblad . Edisi 29 Maret 1932.

[2] Dalam buku “A Comedian Sees the World” yang diedit oleh Lisa Stein Haven, Chaplin dan Syd menyebut lokasi sumber air panas yang berbeda. Chaplin menyebut mereka mengunjungi Cipanas Garut (halaman 129 dan 149). Sedangkan di halaman 184, Syd menyebut mereka mengunjungi sumber air panas di Cisurupan. Di bagian index halaman 234, Haven menuliskan Cipanas Garut sebagai entri di halaman 184.

[3] World Tour Revisited: From Bandoeng to Soerabaja, March 30 – April 1, 1932, discoveringchaplin.com. http://discoveringchaplin.com/2014/04/world-tour-revisited-from-bandoeng-to.html (diakses 19 September 2019).

[4] Lisa Stein Haven. 2014. Charlie Chaplin: A Comedian Sees The World. Columbia: University of Missouri Press. Halaman 184

[5] Charley Chaplin te Djogja. Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch Indie. Edisi 1 April 1932.

[6] Charley Chaplin te Djogja. Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch Indie. Edisi 1 April 1932.

[7] Charlie Chaplin. Het Nieuws van den Dag. Edisi 2 April 1932.

Leave a Reply

Your email address will not be published.