“Jalur baru akan menjadi sumber kehidupan baru dan sumber perkembangan Kabupaten Limbangan dan sekitarnya, terutama setelah jalur ini terhubung dengan Jawa Tengah,” – Gubernur Jenderal Pijnacker Hordijk[1].
Ada kebanggaan yang terlihat ketika Gubernur Jenderal Hordijk membuka jalur kereta api antara Cicalengka dan Garut pada tanggal 14 Agustus 1889. Jalur ini merupakan pembuktian atas kerja keras pemerintah dalam membangun infrastruktur di Priangan.
Sebelum jalur ini dibangun, berhembus kabar bahwa pembangunan jalur kereta api dari daerah Cicalengka menuju arah timur merupakan ilusi bagi pemerintah. Pendapat ini diutarakan oleh Insinyur berpengalaman, T. J. Stieltjes[2], yang berpendapat bahwa membangun jalur dari Cicalengka ke daerah timur Priangan adalah satu kemustahilan. Dan pendapat ini akhirnya bisa dipatahkan oleh adanya teknologi dan tersedianya insinyur-insinyur yang lebih modern[3].
Dalam pandangannya, S. A. Reitsma melihat Priangan sebagai wilayah yang harus dilewati oleh jaringan kereta api. Karesidenan ini merupakan daerah yang subur dan memiliki penduduk yang cukup banyak. Daerah-daerah seperti Cianjur, Galuh, dan tentunya Garut memiliki kesuburan yang tidak kalah dengan daerah yang sudah terkenal sebelumnya seperti Bandung atau Sumedang bagian utara. Transportasi yang praktis dengan Jaringan kereta api yang melintas di tengah kawasan ini, merupakan ide yang bagus untuk diwujudkan. Selain itu, jaringan kereta api akan membawa Priangan untuk lebih berkembang[4].
Jalur Cicalengka Garut merupakan bagian dari rencana besar untuk menghubungkan Batavia dan Surabaya. Ada dua titik yang dituju oleh pemerintah sebelum jalur kereta api dari Cicalengka terhubung ke Cilacap, yaitu Warung Bandrek dan Garut. Pada dasarnya, pemerintah setuju untuk membangun jalur kereta api menuju Warung Bandrek, dengan syarat, jalur Cicalengka Garut tetap dibangun. Akhirnya, Pemerintah mengeluarkan keputusan dengan nomor 254, tanggal 24 Desember 1886 tentang pembangunan jalur kereta api dari Cicalengka menuju Warung Bandrek dengan lintas cabang ke Garut[5].
Setelah melalui perkerjaan yang cukup intensif selama dua tahun, akhirnya jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cicalengka dan Stasiun Garut dibuka. Pembukaan jalur sepanjang 51 km ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal Pijnacker Hordijk yang didampingi istri pada tanggal 14 Agustus 1889, di Stasiun Garut.
Bagi Hordijk, peristiwa ini merupakan satu kesempatan untuk bisa melakukan inspeksi ke daerah tanah jajahan. Sebagai perwakilan Raja Belanda, Gubernur Jenderal harus tahu perkembangan-perkembangan yang terjadi di Hindia Belanda. Saat itu, Hordijk meninggalkan Bogor sekitar 8 hari untuk melakukan kunjungan ke daerah termasuk meresmikan jalur kereta api Cicalengka Garut[6].
Selain meresmikan jalur Cicalengka Garut, Hordijk mengunjungi beberapa sekolah di Bandung sehari sebelumnya. Gubernur Jenderal yang menggantikan Otto van Rees ini berkunjung ke sebuah taman kanak-kanak dan Kweekschool. Kegiatan tanggal 13 Agustus tersebut ditutup dengan sebuah jamuan makan malam. Kegiatan serupa dilakukan setelah rombongan kembali dari Garut. Gubernur Jenderal melakukan pesta di Societeit Concordia yang dimeriahkan dengan pertunjukan wayang orang, tanggal 16 Agustus 1889.
Sebelum melakukan peresmian, Gubernur Jenderal dan rombongan melakukan inspeksi dengan menaiki kereta api. Pada pukul 7.30 pagi hari, kereta api yang ditarik oleh lokomotif yang dihiasi dengan dedaunan hijau dan bendera ini meninggalkan Cicalengka menuju tujuan akhir, Stasiun Garut. Perjalanan antara Cicalengka Nagreg dan Leles merupakan perjalanan yang spektakuler. Setelah lepas dari Cicalengka, kereta api akan menanjak menuju stasiun Nagreg yang sekarang masih menjadi stasiun aktif tertinggi di Indonesia. Lepas dari Stasiun Nagreg, kereta api akan melewati celah-celah buatan yang dihancurkan oleh sekitar 2 ton dinamit.
Dalam perjalanannya, Hordijk sempat dua kali meminta kereta api untuk berhenti. Kereta berhenti di Jembataan Citiis di atas Sungai Ci Saat dan kemudian juga berhenti di lereng Gunung Mandalawangi. Rombongan bisa menikmati bentang alam Leles dan gunung-gunung yang ada di sekitarnya.
Di Stasiun Leles, rombongan disambut alunan musik angklung dan pertunjukan tarian topeng. Rombongan kembali menuju ke Stasiun Garut dan mereka sampai di sana sekitar pukul 10.30.
Pimpinan proyek pembangunan jalur Cicalengka Garut, R. H. J. Spanjaard melakukan pidato di hadapan Gubernur Jenderal dan undangan. Dalam pidatonya tersebut, Spanjaard menerangkan alasan pemilihan Kota Garut sebagai titik awal pembangunan jalur Priangan Timur. Menurutnya, kereta api sangat penting buat Priangan bagian selatan dan buat Garut sendiri. Spanjaard yang menjadi pimpinan proyek sejak tanggal 31 Januari 1887 ini juga menegaskan bahwa jalur Cicalengka-Garut merupakan bagian yang paling sulit dibangun di jalur yang menghubungkan Cicalengka dan Cilacap[7].
Tidak lupa pula, Bupati Limbangan pun diberi kesempatan untuk berbicara. Beliau mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Jenderal atas nama kepala adat dan penduduk di Garut. Rasa terima kasih ini diberikan atas manfaat yang telah dibuktikan dengan pembangunan jalan kereta api yang akan memberikan efek yang menguntungkan bagi mereka semua[8].
Dalam pidato sambutannya, Gubernur Jenderal Hordijk mengatakan bahwa jalur Cicalengka Garut ini dibuat untuk mengembangkan lalu lintas perdagangan. Tak lupa, Hordijk mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan jalur tersebut. Selain itu, Gubernur Jenderal memberikan pengumuman bahwa pihak Kerjaan Belanda akan memberikan bintang jasa Ridder van den Nederlandschen Leeuw kepada R. H. J. Spanjaard yang berhasil bekerja keras membangun jalur yang cukup sulit tersebut[9].
Kemeriahan pembukaan jalur kereta api yang menghubungkan Cicalengka dan Garut ini tidak hanya dipusatkan di Stasiun Garut, tapi juga diadakan pameran dan ketangkasan adu domba di Alun-Alun Garut dan perlombaan perahu di Situ Bagendit.
Pertunjukan Adu Domba diselenggarakan di alun-alun kota pada tanggal 14 Agustus malam. Gubernur Jenderal dan istri bersama rakyat menyaksikan pertunjukan tradisional ini. Selain menyaksikan Adu Domba, Gubernur Jenderal sempat berjalan-jalan di sekitar alun-alun termasuk mengunjungi pameran kecil yang ada di dekat alun-alun. Pameran ini menampilkan produk dan peralatan pertanian, dan produk industri lainnya[10]
Gambar:
Oleh Hevi Abu Fauzan, pecinta kereta api, penyuka Sejarah Kota Bandung, co-founder simamaung.com, aktif di media sosial Twitter dan Instagram dengan akun @pahepipa.
Baca Juga:
Kereta Api Cibatu-Garut, Reaktivasi yang Layak Dirayakan (Kereta Garut Bag. 1)
Transportasi Garut dan Priangan Tempo Dulu (Kereta Garut Bag. 2)
Dari Cicalengka, Perjuangan Melawan Ilusi (Kereta Garut Bag. 3)
Bintang Penghargaan Buat Pembuat Jalur Cicalengka-Garut (Kereta Garut Bag. 5)
Berziarah ke Mecca of Mallet (Kereta Garut Bag. 6)
Charlie Chaplin, dan Janji yang Tidak Pernah Ditepati (Kereta Garut Bag. 7)
Cisurupan, Saat Balai Besar Kereta Api Mengungsi di Masa Revolusi (Kereta Garut Bag. 8)
Cikajang, Nasib Stasiun Tertinggi di Indonesia (Kereta Garut Bag. 9)
Referensi:
[1] De Opening der Spoorweglijn naar Garoet, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia, 19 Agustus 1889), 6.
[2] N. Nanninga, Thomas Johannes Stieltjes, (Link: http://rjb.x-cago.com/GARJB/1970/12/19701231/GARJB-19701231-0208/story.pdf, halaman 178, diakses 15 Oktober 2019).
[3] De Spoorwegverbinding Tusschen Oost en West Java, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia, 23 Oktober 1894), 1.
[4] S. A. Reitsma, Indische Spoorweg-Politiek, Deel I (Batavia: Landsdrukkerij, 1916), 14.
[5] Perquin, Nederlandsch Indische Staatsspoor- en Tramwegen (Amsterdam: Bureau Industria, 1921), 20.
[6] Mail Overzicht, Java-Bode (Batavia, 17 Agustus 1889), 1.
[7] De Opening der Spoorweglijn naar Garoet, Bataviaasch Nieuwsblad (Batavia, 19 Agustus 1889), 5.
[8] De Reis van den Gouv. Generaal, Soerabaiasch Handelsblad (Surabaya, 19 Agustus 1889), 1.
[9] De Reis van den Gouv. Generaal, Soerabaiasch Handelsblad (Surabaya, 19 Agustus 1889), 1.
[10] Uit de Indische Bladen, Soerabaiasch Handelsblad (Surabaya, 21 Agustus 1889), 5.
Leave a Reply