Mengenal Sejarah Ereveld Pandu - Sejarah Bandung

Mengenal Sejarah Ereveld Pandu

Di Minggu yang kelabu 7 Maret 1948, komplek pemakaman Ereveld Bandung diresmikan. Makam kehormatan bagi korban perang dari pihak Hindia Belanda ini dibuka secara resmi, bersamaan dengan selesainya pembangunan monumen bendera atau yang kini dikenal sebagai Monumen Pertempuran Ciater.

Pembukaan ini juga ditandai dengan pemindahan jasad korban perang pertempuran Subang, tahun 1942.  Jasad-jasad ini merupakan sisa korban pertempuran dari kelompok Kolonel de Veer[1].

Pintu masuk Ereveld Pandu Bandung, tahun 1971. Foto karya Boy Lawson, koleksi wereldculturen.nl.

Jenderal Simon Hendrik Spoor yang mendapat kesempatan untuk berpidato dalam acara pembukaan menyinggung, bahwa pemilihan tanggal 7 Maret sebagai hari pembukaan Ereveld Pandu mempunyai makna yang mendalam bagi masyarakat Hindia Belanda karena berkaitan dengan peristiwa jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang[2].

Serbuan Jepang yang diawali dengan keberhasilan mereka mendarat di Pantai Eretan Timur, dekat Indramayu menjadi penentu berakhirnya kekuasaan Belanda di Hindia Belanda. Setelah berhasil merebut Kalijati dan Subang, pasukan Jepang berhasil merangsek masuk ke Lembang, 7 Maret 1942. Dalam keadaan terdesak, petinggi sipil dan militer Hindia Belanda akhirnya menyerah kepada Jepang di Kalijati, sehari setelahnya.

Pertempuran Subang, yang mereka sebut sebagai Soebang-Tjiaterstelling memakan banyak korban di kalangan orang-orang Belanda. Jasad-jasad mereka mulai dipindahkan ke Ereveld Pandu setelah Jepang hengkang dan Belanda kembali berusaha menduduki Indonesia yang sudah menyatakan kemerdekaanya di tahun 1945.

Sebelum diresmikan, Ereveld Pandu sudah menerima pindahan jasad-jasad korban perang dari tempat lain. Misalnya di akhir tahun 1947, koran Algemeen Indischdagblad memberitakan pemindahan sekitar 80 jasad korban interniran dari pemakaman Sukamiskin ke Pandu[3].

Ereveld merupakan makam yang dibuat oleh Kerajaan Belanda untuk menghormati jasa orang-orang yang memihak mereka, terutama di seputar Perang Dunia Kedua. Dalam terjemahan dari brosur Nederlandse Oorlogsgraven in Zuidoost-Azie, kata ereveld diterjemahkan menjadi makam kehormatan.

Monumen prajurit dan warga tidak dikenal, tahun 1971. Foto karya Boy Lawson, koleksi wereldculturen.nl.

Dalam pidatonya di pembukaan Ereveld Pandu yang dikutip oleh koran De Locomotief, Jenderal Spoor (1902 – 1949) menjelaskan bahwa ereveld disediakan untuk militer yang meninggal sejak 1942 dan sipil yang meninggal antara tahun 1942-45 [4].

Ereveld Pandu berlokasi di Tempat Pemakakan Umum (TPU) Pandu. Komplek pemakaman ini berada di ujung Jalan Pandu, Bandung. Ereveld ini merupakan salah satu dari 7 ereveld yang tersebar di Pulau Jawa. Sebelum 1960-an, jumlah Ereveld yang tersebar di Indonesia mencapai 22 buah. Jumlah ini berkurang setelah Pemerintah Indonesia memohon supaya jumlah Ereveld dikurangi dan terpusat di Pulau Jawa saja.

Referensi::

[1] Ereveld Pandoe te Bandoeng. Het Dagblad. 20 februari 1948.

[2] De Gevallenen op Pandoe Generaal Spoor Herdenkt de Doden. De locomotief. edisi 9 Maret 1948.

[3] Overgebracht van Soekamuskin naar Pandoekerkhof. Algemeen Indischdagblad. 28 November 1947.

[4] De Gevallenen op Pandoe Generaal Spoor Herdenkt de Doden. De locomotief. edisi 9 Maret 1948.

Leave a Reply

Your email address will not be published.