“Sumber cahaya baru ini mungkin merupakan simbol tidak hanya dari apa yang telah dilakukan di masa lalu oleh SS, tetapi juga kemajuan yang akan menjadi ciri layanan di masa depan.” – Bertus Coops, Walikota Bandung dalam peringatan 50 tahun Staatsspoorwegen (SS) di Bandung, 7 Juli 1925[1].
Di depan Stasiun Bandung bagian selatan pernah berdiri sebuah monumen. Monumen ini berbentuk tiang dengan dilengkapi lampu di atasnya. Monumen tersebut berdiri sejak tahun 1926 dan belum ditemukan data, kapan monumen ini menghilang. Sekarang, tempat monumen itu pernah berdiri dipakai oleh Monumen Purwa Aswa Purba, yang menampilkan lokomotif TC 10.
Tiang lampu ini merupakan wujud dari janji Walikota Bandung pada peringatan 50 tahun SS, pada 7 Juli 1925. Saat itu, Pemerintah Kota Bandung mempunyai rencana untuk memberikan sebuah monumen sebagai hadiah ulang tahun SS ke-50. Hadiah ini dipersembahkan karena SS mempunyai peran sangat penting terhadap perkembangan Kota Bandung.

Staatsspoorwegen merupakan perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Perusahaan ini secara resmi berdiri pada tanggal 6 April 1875, bertepatan dengan surat keputusan tentang pembangunan jalur kereta api antara Surabaya dan Pasuruan di Jawa Timur[2]. Kota Bandung disinggahi kereta api ketika SS membangun jalur Priangan antara Bogor dan Cicalengka antara 1879-1884. Menurut Sobana Hardjasaputra[3], keberadaan kereta api berpengaruh besar terhadap kehidupan Kota Bandung, baik terhadap perkembangan fisik maupun sosial ekonomi. Sejak berlangsungnya transportasi kereta api ke dan dari Bandung, perkembangan kota Bandung jauh lebih cepat dari periode sebelumnya.

Dalam pidatonya di acara peringatan tersebut, Walikota Coops mengungkapkan bahwa monumen yang akan diberikan merupakan apresiasi visual dari pemerintah kota. Mereka merasa berhutang budi kepada pihak perusahaan SS, karena tumbuhnya Bandung didorong oleh keberadaan jalur kereta api. Selain itu, terpilihnya Bandung sebagai pusat kegiatan SS merupakan satu kehormatan bagi kota yang lahir tahun 1810 itu[4].
Pemasangan tiang lampu baru bisa dilakukan sekitar setahun kemudian. Upacara peresmian digelar sore hari tanggal 15 Juli 1926, di depan Stasiun Bandung. Upacara sederhana ini dihadiri oleh Walikota Bandung, Direktur SS, Residen Priangan, Kepala Komisaris Polisi, dan para pegawai perusahaan kereta api.
Monumen lampu yang dipasang merupakan rancangan dari arsitek terkenal di Bandung, E.H. de Roo. Pembuatan monumen tersebut dilakukan oleh para murid Ambacht School. Dalam pidatonya, W.F. Staargaard sebagai Direktur SS memuji monumen dan juga memuji kerja keras para murid Ambacht School yang terlibat dalam pembuatan monumen[5].
Lampu dengan kekuatan cahaya setara dengan 1000 lilin ini dialiri listrik yang diberikan oleh GEBEO (Gemeenschappelijk Electriciteitsbedrijf Bandoeng en Omstreken/Perusahaan Listrik Umum Bandung sekitarnya) secara cuma-cuma.
Upacara peresmian monumen lampu tersebut selesai jam 6 lebih. Sebelumnya, lampu telah dinyalakan dan membuat tempat di sekitarnya bermandikan cahaya[6].
Referensi:
[1] Redevoeringen.De locomotief. 09-04-1925
[2] Simeon, R. Oerip. 1953. Sedjarah Kereta Api Negara (SS/DKA) di Indonesia. Bandung: Pengurus besar Persatuan Buruh Kereta Api. Hal. 38.
[3] Hardjasaputra, A. Sobana. 2002. Perubahan Sosial di Bandung 1810-1906. Disertasi. Depok: Program Pascasarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Hal. 209.
[4] Redevoeringen.De locomotief. 09-04-1925
[5] Uit Bandoeng. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 17-06-1926
[6] Uit Bandoeng. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 17-06-1926
Leave a Reply