Cangkring berada di pinggir jalan yang menghubungkan Baleendah dan Ciparay. Kawasan ini berada di kaki Gunung Pipisan dan secara admnistratif berada di Desa Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.
Di kawasan ini pernah dibangun satu instalasi stasiun radio. Stasiun ini menjadi stasiun penunjang bagi Stasiun Radio Malabar. Jika stasiun yang ada di Malabar merupakan stasiun pengirim, maka di Cangkring adalah stasiun penerima. Untuk saling berkomunikasi, kedua stasiun yang berjarak 12 km itu dihubungkan oleh kabel telegraf.
Stasiun radio tersebut didirikan oleh De Groot pada Februari 1917[1]. Saat itu, Cangkring merupakan satu onderdistrik di Distrik Ciparay, Kabupaten Bandung.

Menurut koran De Indische courant, Cangkring merupakan stasiun radio pertama di belahan bumi selatan, yang melakukan komunikasi dengan Eropa[2]. Pesan telegraf yang datang melalui jaringan nirkabel ini, 24 jam lebih cepat dibanding pesan yang datang melalui kabel[3].
Willem Vogt, mengatakan, Stasiun Radio Cangkring berada di dataran tinggi di lereng gunung. Saat malam, lampu-lampu dari arah Kota Bandung terlihat berkelap-kelip. Telegrafis di Dinas Pos, Telegraf, dan Telepon ini menambahkan, stasiun radio berada di kawasan yang sepi, dan sesekali didekati oleh macan kumbang.
Beberapa tahun kemudian, Klaas Dijkstra menggambarkan pemandangan dari stasiun Cangkring saat pagi. Pegawai teknis di dinas telegrafi ini menulis: “kabut menggantung di atas dataran tinggi, semakin tebal dan padat saat matahari terbit. Untuk sesaat, orang masih bisa melihatnya, tapi sekarang ini tidak mungkin lagi. Seolah-olah dataran tinggi itu telah menjadi satu danau besar yang dikelilingi pegunungan tinggi. Punggung Tjangkring menjorok seperti pulau di atasnya.[4]”
Stasiun radio di Cangkring dilengkapi dua kabel antena yang panjangnya masing-masing 2 km. Satu kabel membentang dari tiang antena yang ada di lereng Gunung Pipisan sampai Gunung Nini, kawasan Ciheulang sekarang. Satu kabel lagi membentang dari stasiun radio ke persawahan yang ada di kaki gunung[5].

Selama beroperasi, stasiun Cangkring aktif menangkap pesan-pesan dari Eropa. Pesan-pesan tersebut antara lain berisi berita tentang apa yang terjadi di sana, termasuk tentang Perang Dunia pertama. Setiap hari, petugas wajib melaporkan apa yang diterima di stasiun Cangkring kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia[6].
Berita yang datang melalui stasiun Cangkring ini menjadi kabar yang terpercaya selama perang berlangsung. Berita yang datang melalui jaringan kabel melewati Kolombo dan Terusan Suez sudah tidak dapat dipercaya lagi. Jalur tersebut menjadi satu-satunya jalur telegraf kabel, setelah jalur kabel melalui Manila dan Washington, ditutup pihak Amerika Serikat yang berpihak kepada sekutu.
Peran stasiun ini semakin menonjol ketika pemerintah Hindia Belanda memperbolehkan pihak radio untuk membagi berita kepada pers lokal. Sebelum didistribusikan kepada perusahaan koran, telegraf yang diterima Cangkring dikirim ke kantor berita Aneta.

Di akhir 1920-an, Bangunan lama Stasiun Cangkring dipindahkan ke bangunan baru. Antena baru menurut Klaas Dijkstra merupakan antena yang bisa diputar. Gedung stasiun radiopun menyesuaikan bentuknya menjadi gedung menyerupai menara tinggi dengan bentuk atap kerucut di atasnya.
Jarak antara Cangkring dan Malabar yang relatif dekat kemudian menimbulkan masalah bagi stasiun radio ini. Stasiun Cangkring harus berhenti beroperasi ketika Stasiun Malabar sedang aktif mengirim sinyalnya ke Eropa. Dalam pembukaan Radio Malabar, 5 Mei 1923 misalnya, operasional stasiun radio di Cangkring harus berhenti, saat Malabar mengirim sinyalnya ke Eropa. Keadaan ini tidak menguntungkan, karena Cangkring tidak dapat menangkap sinyal balasan dari Eropa saat itu.
Radiasi gelombang Radio Malabar yang besar menganggu kinerja Stasiun Cangkring. Kondisi ini membuat pemerintah berencana untuk memindahkan stasiun penerima dari Cangkring ke tempat yang lebih jauh, seperti Weltevreden atau Tanjung Priok[7].

Selain Weltevreden, beberapa tempat di Jawa Barat seperti Rancaekek, Cililin, Cianjur, Cisurupan, Garut, dan Indramayu dipersiapkan untuk menggantikan Cangkring. Test di Rancaekek berlangsung sangat baik dan membuat kawasan di Bandung bagian timur ini menjadi kandidat kuat menggantikan Cangkring[8] [9] [10].
Pilihan akan tempat yang layak untuk mendirikan stasiun penerima akhirnya jatuh ke Rancaekek dan Padalarang. Dua kawasan ini dinilai layak menggantikan Cangkring karena memenuhi kriteria yang diinginkan. Kedua daerah itu sangat baik dalam menerima sinyal, baik dari dari arah timur dan barat, juga dari arah utara dan selatan. Rancaekek berada di dataran yang luas, jauh dari pegunungan. Dan yang terpenting, Rancaekek masih berada di Bandung dan relatif masih dekat dengan Malabar.
Baca Juga: Stasiun Rancaekek dan Percakapan Pertama Dengan Belanda
Stasiun Radio Rancaekek dan Padalarang mulai dioperasikan untuk menggantikan stasiun radio Cangkring pada tahun 1925. Akan tetapi, stasiun di Padalarang akhirnya ditutup satu setengah tahun kemudian dan semua proses penerimaan dapat dilakukan di stasiun yang ada di Rancaekek[11].

Lahan yang dipakai Stasiun Cangkring kemudian dialihkan untuk kepentingan militer[12]. Sekarang, keberadaan stasiun radio di Cangkring tidak bersisa. Tidak ada bekas bangunan atau apapun yang menandakan bahwa di sana pernah berdiri satu stasiun radio.
Tinggal Gunung Pipisan yang menjadi saksi bisu, bahwa di sana pernah ada stasiun radio pertama di belahan bumi bagian selatan, yang berkomunikasi dengan Eropa.
Referensi:
[1] DR. C.J. De Groot, Een verlies voor de wetenschap en Nederland. Algemeen Handelsblad. 02-08-1927. Edisi Sore.
[2] De Landvoogd te Bandoeng. De Indische courant. Edisi 9 Mei 1923.
[3] Radio-Nieuws. Preangerbode. Edisi 21 April 1921.
[4] Klaas Dijkstra. 2005. Radio Malabar: Herinneringen aan een boeiende tijd 1914-1945.
[5] Willem Vogt. 1933. Radioleven: een kwarteeuw pioniersarbeid in een modern beroep. Amsterdam: Scheltens en Giltay. Halaman 174.
[6] Willem Vogt. 1933. Radioleven: een kwarteeuw pioniersarbeid in een modern beroep. Amsterdam: Scheltens en Giltay. Halaman 177.
[7] De Landvoogd te Bandoeng. De Indische courant. Edisi 9 Mei 1923.
[8] 1923.11.23.De Indische courant. Radio-Rubriek
[9] 1923.11.22.De Preanger-bode.Voortgezette proeven
[10] Klaas Dijkstra. 2005. Radio Malabar: Herinneringen aan een boeiende tijd 1914-1945.
[11] Klaas Dijkstra. 2005. Radio Malabar: Herinneringen aan een boeiende tijd 1914-1945.
[12] Radio-nieuws. De Indische courant. 13 Maret 1924.
Leave a Reply